Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Resume Majelis ke-4 Bersama Syaikh Izzuddin al-Azhari

Lokasi : Sekretariat KM-NTB Mesir, Abbas el-Akkad, Madinat el-Nasr


Majelis dauroh kitab mingguan yang membahas dua kitab bertemakan tasawuf yaitu kitab Talāzum al-Syarī’ah wa al-Thorīqoh karangan al-Imam Muhammad Zakaria al-Kandihilwi dan juga kitab al-Arba’ūn fi al-Tasawuf karangan al-Syaikh Muhammad ibn al-Husain al-Sulami, kembali berlanjut hari Senin, 22 Juli 2019.

            Untuk lebih memudahkan teman-teman memahami dan mengingat kembali isi pengajian yang telah disampaikan, kami akan mencoba menuangkan kembali intisari pengajian di dalam tulisan sederhana ini. Tulisan akan terbagi menjadi dua bagian berdasarkan kitab yang dibahas di dalam majelis.

A.    Kitab al-Arba’ūn fi al-Tasawuf
Dalam sesi kajian kali ini, pembacaan hadis dimulai dari hadis nomor 18 sampai nomor 25. Berikut penjelasannya.
a.       Hadis 18 (Nash baca di kitab)
Hadis ini berbicara masalah anjuran untuk bersikap teguh pendirian (red.istikamah) di dalam menjalankan syariat agama.
Maulana Syaikh Izuddin menjelaskan bahwa di kalangan para ahlu tasawuf dikenal istilah
 اعظم الكرامة لزوم الإستقامة  
Bahwasanya keramat yang paling agung adalah istakamah, yaitu selalu berada dalam ketaatan dan berpegang teguh dalam perbuatan baik.
Lanjut Syaikh memberikan pengertian tentang apa itu istikamah sendiri, beliau berkata :
الإستقامة هي أن تكون الأفعال والأقوال لله وبالله وعلى أمر الله
Istikamah ialah menjadikan semua perbuatan dan perkatan hanya untuk Allah, dengan Allah dan atas perkara Allah.
Seringkali kita temukan akhir-akhir ini sekelompok orang yang mengaitkan perkataan lillah  ini dengan hal yang tidak semestinya. Misalnya mengaitkan perbuatan pemberontakan mereka terhadap pemerintah itu semuanya lillah atau untuk Allah, padahal tidak semestinya bagi seorang muslim menisbahkan perbuatan tercela kepada Allah yang Maha Suci.

b.      Hadis 19 (Nash baca di kitab)
Hadis ini berbicara tentang ketawadukan para sufi dimana mereka dengan kesibukannya untuk berkhidmah kepada agama Allah, mereka secara tidak langsung tidak terlalu mementingkan perkara keduniawian seperti halnya memakai pakaian mewah, namun mereka mencukupkan diri dengan pakaian senadanya.
Tercermin sikap sahabat mulia Mus’ab ibn Umair bagaimana dengan kesedarhanaan beliau bisa mengangkat derajatnya ke tempat yang lebih tinggi.
Maulana Syaikh berkata
: أصبح فرحته بذلك لايفكر في نفسه والسر هو الحب ثم الانشغال بدين الله
Seperti halnya seorang bapak di dalam keluarga, ia berusaha untuk bisa menyediakan kebutuhan isteri dan anaknya tanpa memperdulikan dirinya sendiri terlebih dahulu, begitupula keadaan dari para sufi, kesibukannya terhadap perkara agama melupakan mereka terhadap perkara keduniawian, Maulana memberikan contoh seperti Imam Nawawi ketika ditanya perihal kenapa beliau tidak menikah? Jawabnya لوتذكرت لفعلت yang artinya “kalaulah aku ingat (nikah), aku akan melaksanakannya”.

c.       Hadis 20 (Nash baca di kitab)
Hadis ini memberitahukan bahwa Allah Swt. memiliki para auliya’ yang senantiasa berada di barisan terdepan membela agama Allah Swt.
Beliau menjelaskan bahwa wali Allah di dunia ini tergolong menjadi 4 macam.
Pertama an-Nujaba’ yang berjumlah 400, kedua al-Budala’ jumlahnya 40 orang, ketiga al-Autad jumlahnya 4 orang kemudian wali al-Qutb yang hanya satu dalam satu zaman.  
Lebih lanjut beliau mengutip perkataan Imam Nawawi bahwa maqom auliya’ tidak mungkin dicapai kecuali dengan mengumpulkan segitiga asasi, yaitu ilmu, tasawuf dan juga dakwah kepada Allah.

d.      Hadis 21 (Nash baca di kitab)
Hadis ini berbicara masalah sifat seorang sufi yaitu pemurah. Dalam konteks hadis dikatakan bahwa para malaikat senantiasa berdo’a kepada seseorang yang menyediakan makanan kepada orang lain.
Dari sini Syaikh mengajarkan kita bahwa tasawuf adalah perkara akhlak dan sifat. Seorang sufi dengan kemurahan hatinya menjadikan jiwanya terasa kenyang  walaupun hanya dengan sedikit makan.

e.       Hadis 22 (Nash baca di kitab)
Hadis ini menjelaskan bahwa para sufi senantiasa berusaha agar menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Oleh karenanya diibaratkan di dalam hadis bahwa tangan atas lebih baik daripada tangan dibawah. Artinya memberi lebih mulia daripada meminta-minta.

f.       Hadis 23 (Nash baca di kitab)
Dalam hadis ini berbicara tentang bagaimana ibadah semestinya dilakukan dengan diam-diam tanpa mengharapkan pengelihatan bahkan pujian dari manusia.
Maulana menceritakan kisah Sayyiduna Ali Zainal Abidin ibn Sayyidina Husein -rahimahumallah-   bahwasanya semasa hidup, beliau selalu berkeliling tengah malam membawa makanan ke rumah masing-masing warga tanpa diketahui seorangpun. Setelah beliau wafat terputuslah pembagian makanan tersebut. Para masyarakat pun menyadari bahwa beliaulah yang berkeliling untuk membagikan makanan tersebut. Dan ternyata  juga terdapat  memar merah di punggung beliau akibat dari memikul beban setiap hari.
Pernah terdengar dari lisan beliau berkata :
عبدنا سرا ودخلنا الجنة سرا

g.      Hadis 24 (Nash baca di kitab)
Menjelaskan tentang sifat qona’ah, wara’ dan anjuran untuk meminimalkan perbuatan sering tertawa karena berimbas pada matinya hati.

h.      Hadis 25 (Nash baca di kitab)
Hadis ini menganjurkan kita untuk bersikap sederhana. Ketika Allah Swt. hendak menjadikan  Rasulullah kekayaan berlimpah, akan tetapi Rasulullah lebih meminta menjadi orang yang kenyang sehari dan lapar sehari. Ketika beliau lapar beliau meminta pertolongan kepada Allah dan ketika beliau kenyang maka beliau bersyukur kepada Allah.
Maulana menjelaskan bahwa التزكية غالبا في حالة الشدة ومع الضعيف ظهرت الصفات  bahwasanya tazkiah atau kesucian hati lebih sering kita dapatkan melalui keadaan sempit yang memaksa kita untuk beribadah melebihi kadar biasanya.

B.     Kitab Talazum al-Syari’ah wa al-Thoriqoh
Secara singkat, di dalam kajian kitab kedua tadi membahas dua sub bab. Yang pertama masalah pengantar ilmu fiqh dan juga pengertiannya, kemudian kedua berbicara masalah hakikat dan ijtihad.
Tulisan dibawah ini hanya berbicara tentang ulasan singkat dari Syekh Izzuddin. Adapun lebih lengkapnya bisa dibaca langsung dari kitab sendiri.

a.       Tamhid fi al-Ta’rif bi al-Fiqh wa A’imatihi (Pengantar Ilmu Fikih)
Ada beberapa pengertian fikih yang disebutkan dalam kitab, misalnya bahwa fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum agama yang didapatkan melalui dalil-dalil yang terperinci.
Lanjut Maulana menjelaskan bahwa kaitan antara fikih dan tasawuf sangat erat. Fikih meliputi amalan-amalan yang dikerjakan secara zahir atau nyata sedangkan tasawuf meliputi perkara-perkara batin seperti niat dan menghadirkan hati ketika beribadah.
Selanjutnya seperti yang dikatakan oleh Imam Sya’roni, bahwa pendapat para imam madzhab pada hakikatnya tidak terpecah sama sekali, melainkan hanya dari segi pengelihatan manusia yang berada pada zaman mereka saja. Seperti contoh hukum tentang perkara takbir di dalam sholat sebagaimana tertulis di kitab bisa dibaca sendiri.
Di dalam kitab juga disebutkan bahwa Imam Sya’roni ra. mendapatkan  anugerah untuk bisa melihat hakikat keistimewaan dari para imam madzhab yang empat yang merupakan para penghuni surga yang berada di belakang barisan Rasulullah Saw.
Salah satu keistimewaan mereka juga adalah bisa bertemu dengan Rasulullah Saw. dalam keadaan tertidur dan terjaga. Bahkan salah satu diantara mereka menanyakan kebenaran tentang suatu hadis.
Maka tidak ada jalan bagi kita untuk meragukan kesholihan mereka, seperti kata Maulana Syaikh Izzuddin من عاصر الأولياء لا يشقق في ذلك  .


b.      Haqiqoh al-Ijtihad
Di dalam bab ini terdapat beberapa pembahasan mengenai hakikat ijtihad itu sendiri. Mulai dari syarat-syarat seseorang bisa dianggap sebagai seorang mujtahid seperti yang disebutkan oleh Imam al-Bagawi yaitu ada lima :
1.      Memahami al-Qur’an
2.      Memahami hadis Rasululah Saw.
3.      Mengetahui pandangan para salafussalih (Ijma’)
4.      Mengetahui  qiyas
5.      Terampil dalam ilmu bahasa.

Syaikh Izzuddin menjelaskan bahwa pekerjaan menjadi mufti atau pemberi fatwa dalam sebuah permaslahan itu bukan pekerjaan yang mudah. Beliau menceritakan pengalaman ketika di lembaga Dar al-Ifta Mesir terdapat kasus baru yang belum ditemukan penyelesaian sebelumnya. Dua puluh ulama Azhar berkumpul menjadi satu membahas permaslahan tersebut hingga mencapai waktu 3 bulan.
Bayangkan saja bagaimana kehebatan para Imam Madzhab yang dimana mereka sendiri menggali hukum tersebut bahkan sampai berkeliling untuk mencari sumber hukum seperti hadis dan lainnya.
Di dalam kondisi mereka yang sangat terbatas, mereka bisa menghasilkan fatwa rojih yang terpercaya sehingga bisa dinikmati sampai saat ini.
Pembahasan selanjutnya mengenai tingkatan-tingkatan para mujtahid, yaitu :
1.      Mujtahid mutlak mustaqil, yaitu para Imam 4 mazhab. Hal yang membedakan mujtahid ini dari yang lain adalah bahwa dari segi Ilmi ditutupnya pintu ijtihad pada masalah asas dan kaidah agama karena merekalah yang memprakarsai hal tersebut. Kemudian dari segi rabbani bahwasanya seluruh umat sepakat  menerima hanya mereka untuk menjadi mujtahid mustaqil.
2.      Mujtahid mutlak muntasib, yaitu mereka yang berijtihad berdasarkan kaidah-kaidah dasar yang telah ditetapkan  oleh para mujtahid mustaqil. Inilah yang membedakan mereka dengan yang pertama, dan juga tidak hal ini tidak menutup kemungkinan mereka untuk berbeda pendapat dengan gurunya.
3.      Mujtahid madzhab, ialah mereka yang menganut salah satu diantara empat madzhab dengan mengetahui kaidah-kaidah yang dengannya dibangun madzhab tersebut, dan ketika terdapat suatu masalah yang tidak disebutkan oleh para imamnya, mereka berijtihad sesuai dengan madzhab yang dianut.
4.      Mujtahid fatwa, yaitu mereka yang berijtihad di dalam suatu madzhab dengan cara mentarjihkan pendapat-pendapat yang terdapat dalam madzhab tersebut.

Inilah sedikit dari catatan pengajian yang telah disampaikan oleh Maulana Syaikh Izzuddin al-Azhary dalam kajian senin malam 22/07.
نفعناالله بعلومه في الدارين امين


كتبها الفقير إلى عفو ربه أخوكم  @ulhakook

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Barokallah fikum,. Sangat bermanfaat dan membantu sekali bagi yg tdk bisa hadir dalam memetik manfaatnya.

    BalasHapus
  2. Semoga setiap kajian bisa selalu memberikan ulasan seperti ini 😊

    BalasHapus