Salah satu ulama kharismatik Lombok adalah TGH Abhar Muhyiddin, lahir pada tanggal 31 Desember 1926 di Pagutan. Dia adalah cucu TGH. Abdul Hamid salah seorang tuan guru yang berjasa besar dalam pengembangan Islam di kawasan Pagutan dan sekitarnya pada abad ke-19.
TGH. Abhar memulai riwayat pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) di Pagutan, dan mengantarkannya sebagai generasi terdidik. Tamat dari SR, dia melanjutkan ke Darul Ulum Ampenan, sebuah Madrasah setingkat MA yang cukup disegani kala itu karena intensitasnya dalam mengkader anak-anak muda. Di Darul Ulum, Abhar Muda menimba ilmu selama 12 tahun dibawah asuhan guru besar Sayyid Abdurrahman Assegaf (Bandung) lulusan Universitas Al-Azhar Kairo.
Selesai di Ampenan, beliau ingin mendalami ilmu agama lebih jauh. Bersama dengan TGH. Saleh Hambali Bengkel, keduanya berangkat ke Jombang untuk berguru kepada KH. Musta’in Romli dalam bidang tasawuf, yaitu dengan menekuni tarekat Qadiriyah. Sekembalinya dari Jombang, TGH. Abhar aktif dalam dakwah di Pagutan dan daerah lainnya di pulau Lombok.
Beberapa tahun kemudian, beliau kembali ke Jombang untuk mendalami lebih lanjut seluk beluk tarekat, lebih-lebih tarekat Naqsyabandiyah. Dengan mempelajari kedua ilmu tarekat ini, beliau sekaligus mendalami jenis ketiga yang merupakan penggabungan dua aliran ini, yaitu Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Dengan bekal ijazah dari KH. Musta’in Romli, beliau semakin terdorong untuk mengembangkannya di Lombok.
Selain mengembangkan masyarakat melalui model tabligh, TGH. Abhar juga tertarik untuk mengajarkan tarekat sebagaimana yang sudah dipelajarinya. Beliau mempunyai silsilah yang jelas, bahkan lebih dari satu. Dari dokumen yang ada, ada tiga silsilah yang beliau miliki.
Selain aktif berdakwah melalui pengajaran ilmu tasawuf (tarekat), TGH. Abhar juga aktif mengajarkan ilmu syariah dengan membangun Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan, mulai merintis Pondok Pesantren tersebut sejak sekembalinya menunaikan ibadah Haji tahun 1950 dengan mengadakan pengajian di serambi rumah yang hanya berukuran 6×3 M, dan oleh beliau pengajian tersebut diberi nama Darul Falah.
Pada awal berdirinya Darul Falah Hanya memiliki 35 orang santri yang berasal dari Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur, namun demikian semangat santri untuk belajar sangat tinggi, siang malam santri belajar dengan tekun tanpa pernah mengenal libur kecuali hari-hari besar Islam dan Libur Nasional. Hingga saat ini Pondok Pesantren Darul Falah terus berkembang.
Pada tanggal 1 Syawal 1413 H / 23 Maret 1993 M TGH. Abhar Muhyiddin dipanggil oleh Allah untuk menghadap-Nya, beliau wafat karena sakit yang dideritanya saat berumur 67 tahun.
Sebagai seorang ulama TGH. Abhar Muhyiddin banyak meninggalkan karya-karya berupa kitab-kitab di berbagai bidang ilmu, di antaranya Najm al-Hudâ, Al-Misbâh al-Munawwarah, Al-Ru’yâ al-Haqqiyyah, Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Nahwiyyah dan lain sebagainya.
#div.humas #div.medinfo
#kabinetmeditasi #kmntb19/20
0 Komentar