Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Persaksian Kawan Almarhum Ust. Zamroni, Tentang Kisah Hidup Beliau yang Tidak Diketahui Banyak Orang.


Persaksian Kawan Almarhum Ust. Zamroni, Tentang Kisah Hidup Beliau yang Tidak Diketahui Banyak Orang.

Kairo, KM-NTB — Suasana khidmat ketika pembacaan yasin yang dipadu tahlil dan doa bersama kala itu, tampak jelas menyelimuti acara. Para hadirin dari berbagai kalangan yang ikut serta dalam majelis tersebut, secara sukarela berbaur menjadi satu memadati aula sekretariat KM-NTB yang berada di distrik Hay Sabik, demi melantunkan doa bersama kepada mendiang yang telah meninggal.

Pemandangan duka yang mendalam dari sebagian hadirin, seolah menggambarkan betapa besar rasa kehilangan yang dirasakan. Situasi itu terus berlangsung, sampai pada sesi tausiah yang dibawakan oleh Ust. Abdullah Fatih pun dimulai. Selaku penasihat dan pembicara saat itu, beliau juga nampaknya telah menyadari hal tersebut, hingga akhirnya turut menyegarkan suasana dengan menyelipkan sedikit gurauan ketika berbicara. Namun tidak lupa, beliau juga mengingatkan agar sebaiknya kita tidak terlarut dalam kesedihan, dan selalu memosisikan dunia berada di bawah telapak kaki, jangan sampai ia ditempatkan di dalam hati, sebab nanti ia akan dapat menguasai diri kita. Pesannya.



Hingga terbitlah sedikit senyum di wajah para hadirin sesuai tausiah tersebut, atmosfer duka yang sejak awal terbangun perlahan memudar, dengan terdenganya sayup-sayup tawa dari hadirin di sela pergantian sesi pembicara. Kesempatan selanjutnya adalah Ust. Syakur, selaku salah seorang senior KM-NTB memberikan persaksiannya dalam acara tersebut. Beliau menuturkan bahwa, awal mula pertemuannya dengan Ust. Zamroni adalah sejak pertama kali tes ke Mesir. Hingga akhirnya bertemu kembali ketika sama-sama mengabdi di kekeluargaan KM-NTB, yang ketika itu masih berada di Syaqor Quraisy. Beliau mengenal almarhum adalah pribadi yang kreatif dan tabah, selama proses pengabdian banyak sekali hal baru yang dicetuskan oleh almarhum. Salah satunya adalah menghidupkan kembali semangat literasi, dengan berusaha menerbitkan buletin Al-Qolam KM-NTB yang telah lama mati. Apalagi ketika masa tahun kedua dan ketiga kuliah yang sangat memberatkan, lantaran mendengar kabar duka ayahnya yang meninggal dunia. Namun cobaan itu nampaknya tidak membuat semangat beliau dalam belajar dan berjuang ikut surut. Malah semenjak itulah dia merasa banyak perubahan dalam diri Ust. Zamroni, yang mulai belajar memandirikan diri untuk kehidupannya di Mesir.

Kesan tersebut nampaknya berjalan seayun dengan persaksian yang disampaikan Ust. Zulkarnain, yang banyak menceritakan masa-masa kebersamaanya dengan almarhum. Dengan mengibaratkan almarhum layaknya Sayidina Umar di awal penyampaiannya, membuat seisi ruangan yang hadir nampak tertarik dan heran untuk menunggu kalimat selanjutnya. Sebab pasalnya, dari banyaknya hadirin di ruangan tersebut, tidak banyak yang betul-betul mengenal kisah perjuangan almarhum semasa hidupnya. Hal ini yang agaknya menjadi menarik di mata hadirin, hingga tidak sadar ikut tenggelam dalam proses penceritaan yang nampaknya telah memakan waktu lumayan panjang.



Pribadi Sayidina Umar Bin Khatab yang terkenal amanah, keras, baik dan suka menolong, diakui banyak juga tercermin dalam kepribadian almarhum Ust. Zamroni. Seperti dalam kesehariannya yang selama hidup, almarhum selalu keras memegang prinsip dalam setiap keputusannya. Bahkan dikatakan, sekalipun se-Masisir yang menolaknya dia tetap teguh berani memegang teguh prinsip yang dianggapnya benar. Hal itu terbukti ketika awal almarhum mulai terlihat gejala sakit kerasnya pada tanggal 23 Juli 2019. Dia tetap ngotot ingin menjalankan tugasnya untuk mengantarkan barang titipan Masisir yang ada padanya. Tanpa memperdulikan kondisi fisik yang kurang fit, beliau terus memaksakan diri berangkat ke Indonesia dalam keadaan tertatih-tatih. Keadaan semacam itu yang membuat Ust. Zul (sapaan akrabnya) selaku kawan almarhum, menjadi tidak tega hingga beberapa kali harus membantu almarhum selama perjalanan. Dalam kondisi yang buruk itu pula, tidak sekali beliau menemukan almarhum terjatuh baik dari atas kursi maupun dalam perjalanan. Bahkan, saat almarhum muntah, setengah sadar dan kejang-kejang pun selalu beliau pada saat itu yang ada di sampingnya, hingga tidak sampai hati melihat keadaan tersebut. Memang sebelumnya, ketika almarhum didengar memiliki niat hendak bekerja kembali, beliau telah sempat mencegahnya dan dijawab, “kalau gak terbang, saya gak tahu besok istri saya mau makan apa? Saya gak tahu bulan depan saya akan tinggal dimana?” begitulah jawaban almarhum yang tetap bersikukuh pada pilihannya.

Sehingga akhirnya setelah kembali ke Kairo, almarhum langsung jatuh sakit, ditandai dengan kejang-kejang ketika hendak diantar pulang menggunakan taksi. Bermula dari situlah perawatan intensifnya dimulai. Namun sebelum menutup persaksiannya, beliau mengungkapkan satu hal yang selalu disembunyikan almarhum selama hayatnya, yakni selalu berusaha menyembunyikan kebaikan. Tapi sayangnya pernah suatu kali ketahuan oleh beliau, yaitu pada saat almarhum memperoleh zakat/pemberian dari seorang muhsinin (orang baik), tetapi malah diberikannya lagi pada orang lain. Hal itu berusaha almarhum sembunyikan tanpa diketahui teman-temannya, yang juga sama seperti keinginannya dalam membuat grup bagasi ABS. Kita mungkin hanya bisa mengira dan menerka apa tujuannya, tapi yang jelas ketika tidak sengaja saya membahasnya, almarhum hanya menjawab, “Saya Cuma ingin membantu Masisir biar lebih mudah, gak enak keliatannya kalo info bagasi ada dimana-mana. Saya Cuma bantu nertibkan saja” Ungkapnya.



Begitulah sedikit persaksian pada acara tersebut, yang setidaknya dapat membuka mata kita pada sebuah kenyataan, bahwa setiap kebaikan tidak mesti diketahui oleh banyak orang, namun yakinlah ia akan tetap sampai pada hati yang terbuka, dan Allah pasti akan membalasnya baik itu cepat atau lambat. Sehingga tidak heran, mungkin balasan indah almarhum atas kebaikannya diperlihatkan Allah SWT. kepada kita ketika sholat jenazah berlangsung. Dimana terlihat sangat jelas, lautan manusia dan para Masayikh Azhar rela berdesakan demi mengantar kepulangannya menuju kampung halamannya yang terakhir di surga, InsyaAllah. Wallahu a’alam. (yono)


Posting Komentar

1 Komentar