Wadah berbagi informasi dan eksplorasi pengetahuan para pelajar Nusa Tenggara dan Bali di Mesir

Menengok Keseruan lebaran di Masjid Mohammad Ali Pasha


Menengok Keseruan lebaran di Masjid Mohammad Ali Pasha


Kairo, KM-NTB—Momen Idul Adha kali ini menjadi sangat spesial bagi kami yang tinggal di Kairo. lantaran pada hari tersebut, selain merupakan hari raya kurban yang cukup ‘membahagiakan’ bagi para Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir), pada saat itu juga Masjid Mohammad Ali Pasha dibuka gratis untuk umum. Masjid yang terletak di daerah wisata benteng Sholahuddin al-Ayubi tersebut, kala itu ramai dikunjungi hadirin dari berbagai kalangan. Kedatangan mereka kesana nampaknya tidak semata hanya untuk melaksanakan sholat ‘Idul Adha. Sebab sebagaimana kita ketahui, Mesir sebagai negara mayoritas muslim rasanya tidak kekurangan dengan masjid sebagai tempat berjamaah sholat hari raya, apalagi tempatnya yang relatif cukup dekat dengan Universitas al-Azhar. sehingga dapat diperkirakan ada keperluan lain yang juga hendak dilakukan di sana.

Benar saja, setelah diperhatikan sejak pertama kali datang, banyak dari para pengunjung yang mencoba berkeliling menyisir kawasan tersebut. Peluang gratis masuk ke dalam benteng yang hanya datang beberapa kali setahun itu seakan tidak disia-siakan. Momen sunrise ketika sebelum pelaksanaan sholat menjadi ajang berfoto ria, sambil bersenda gurau menikmati pemandangan asri di dalam benteng tersebut. Di depan benteng, sambutan pengamanan kepolisian dengan jelas terlihat berjaga. Pos-pos penjagaan pun banyak tersebar di sekitar area benteng. Hingga memasuki pertengahan, beberapa petugas pemeriksa barang tampak bekerja mengecek barang bawaan para pengunjung, baru setelah itu para pengunjung bisa sedikit leluasa mengelilingi area benteng.



Memasuki area tengah, barisan taman-taman dan pepohonan serta tembok benteng habis menjadi sasaran foto para pengunjung. Semua berupaya mengambil foto terbaik saat itu. Bahkan tidak mau kalah, Ilham sebagai salah satu pengunjung yang kami temui, sudah dengan siap datang ke sana sambil membawa kamera DSLR-nya untuk ‘melahap’ setiap pemandangan yang ditemukan. Kemudian habis menyusuri beberapa jalan, kami  menemui beberapa tempat bersejarah, diantaranya tempat penahanan dan Military Museum. Namun keduanya saat itu sama-sama tertutup, entah karena memang biasanya sengaja ditutup atau karena hari itu hanya masjidnya saja yang dibuka.

Hingga akhirnya, setelah cukup lama berkeliling kami bergerak ke masjid. Nuansa klasik seketika menyambut kami ketika pertama kali memasuki bangunan megah nan indah tersebut. Tidak berlebihan sepertinya berkata demikian, sebab ornamen-ornamen masjid khas zaman dahulu, serta hiasan lampu yang bertengger di atasnya masih terlihat cukup terawat. Belum lagi dengan model bangunan yang kokoh dan besar, seperti hendak menggambarkan keperkasaan kerajaannya pada zaman dahulu. Masjid peninggalan zaman Sholahuddin tersebut, bahkan mampu terlihat dari kejauhan, sebab tempatnya yang memang berada di daerah ketinggian, seperti al-Azhar Park dan Jabal Muqattam.



Namun kini, bangunan sejarah peninggalan zaman perang salib tersebut, lebih dikenal dengan sebutan masjid benteng, karena letak masjidnya yang memang berada di dalam lokasi benteng Sholahuddin al-Ayubi. Hingga tidak jarang kami pun ikut menyebutnya dengan sebutan masjid Qol’ah atau Citadel yang keduanya sama berarti benteng. Sehingga sering dijumpai beberapa orang yang lupa dengan nama masjidnya, tetapi malah lebih ingat ketika menyebut nama masjid benteng (qol’ah/citadel) tersebut. Usai pelaksanaan sholat ‘Ied, para pengunjung langsung menyebar ke sekitar masjid untuk mengabadikan momen. Beberapa diantaranya ada yang berfoto secara berkelompok, dan sebagian lainnya sendirian. Tidak cukup di situ, penampilan para pengunjung pun terlihat beragam. Mulai dari yang memakai pakaian khas daerah, dengan melilit sarung diluar celana sebagai tambahannya, dan beberapa ada yang memakai gamis dengan motif dan warna yang seragam. Begitulah, beberapa variasi yang dapat kami temukan di sana, hingga semuanya seperti terlihat berlomba mengabadikan momen tersebut dengan suka cita.

Tidak lama setelah itu, waktu berkunjung gratis hari raya pun habis. Sampai akhirnya para penjaga keamanan bergerak menggiring para pengunjung untuk keluar. Pada saat itulah situasi mulai semakin tidak menentu, sebab dari para pengunjung ada yang menanggapinya dengan menggerutu, kesal dan bahkan ada juga yang tertawa-tawa. lantaran pada situasi tersebut, kesempatan untuk mengambil foto semakin sulit. Sehingga, mungkin bagi mereka yang  kesal merasa kecewa denga singkatnya waktu tersedia, dan bagi mereka yang tertawa merasa semakin tertantang dengan adanya pengusiran tersebut.



Begitulah kira-kira sedikit keseruan saat berlebaran di Masjid Mohammad Ali Pasha. Meski di akhir terjadi sedikit ‘pengusiran’ (penggiringan). Namun hal itu tidak lantas membuat kami jera. Bahkan, ada salah seorang pengunjung yang ikut bersama kami, mengaku hampir tiap tahun berlebaran di sana. Seakan tempat itu selalu menarik perhatian, hingga daya tariknya bisa menyihir para pengunjung untuk selalu bertandang ke sana. (yono)

   

Posting Komentar

0 Komentar